DURI (AktualBersuara.Com) – Siapa yang tak kenal sirkuit MotoGP kenamaan Indonesia, Mandalika. Trek penuh liku sempena ajang balapan sepeda motor kelas dunia itu kian tersohor dan mengangkat nama Indonesia di kancah internasional.
Meski ajang balapan, namun sifatnya resmi. Setiap hal telah diperhitungkan, termasuk potensi resiko tikungan dan keselamatan para pembalap yang bertanding.
Namun berbeda halnya di Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau. Tepat di jalan Jenderal Sudirman bersambung ke jalan Hangtuah, para pembalap muda beradu tangkas dalam ajang ilegal.
Benar, balap liar namanya. Aksi meresahkan yang kerap disebut ‘Bali’ ini jadikan jalan umum bak Sirkuit Mandalika. Tak salah bila akhirnya warga yang resah berceletuk dengan ungkapan ‘Welcome to Durilika’.
“Kalau di Lombok ada Mandalika, di Riau ada Durilika. Sepintas ajangnya sama, balapan. Tapi Mandalika resmi, Durilika ilegal. Selain meresahkan, ajang balap liar di Duri sangat membahayakan pengguna jalan,” kata Bernard Sitio, Minggu (10/04/22).
Satu persatu para pembalap liar di Kota Minyak itu menunjukkan kebolehannya dengan memutari ruas jalan Jenderal Sudirman, tepat di depan showroom Yamaha Alfa Scorpii, Simpang Garoga.
Bukannya terkesima, para warga yang bermukim di sekitar lokasi marak aksi balapan liar ini malah gerah. Pekikan knalpot brong alias racing yang digunakan terdengar merongrong sekira pukul 01.24 WIB.
“Tidur kami terganggu atas aksi balap liar ini. Sudah sering berlangsung, kapan mau ditertibkan?,” tanya Amir, warga lainnya.
Dianggap Tradisi Tahunan.
Aksi balapan liar memang tak baru terdengar, hampir setiap tahun aksi ini merekah, terkhusus sambut hari-hari besar maupun liburan panjang tiba.
Dianggap bak tradisi tahunan, aksi yang didalangi para pemuda dan remaja ini justru mendapat respon negatif di tengah masyarakat.
Pun demikian, beberapa kalangan menganggap aksi bali sebagai wujud euforia atau rasa bahagia berlebihan yang dituangkan dalam kegiatan penuh resiko tersebut.
“Duri memang begitu tradisinya, jelang hari besar atau saat ada liburan panjang, wajib ada itu (balapan liar). Banyak yang anggap jadi tradisi tahunan anak motor, banyak pula yang anggap (bali) sebagai kenakalan yang mengganggu ketertiban lalu lintas,” ujar Sakti, warga Desa Tambusai Batang Dui, Kecamatan Bathin Solapan.
Terlepas dari berbagai spekulasi dan tanggapan yang menyeruak, mayoritas warga menganggap balapan liar sangat mengganggu dan sangatlah perlu ditindak tegas.
Aksi ugal-ugalan di jalan pada waktu malam dianggap membahayakan dan memicu maut bila tak waspada. Pun suara knalpotnya, amatlah diresahkan.
Petugas Diminta Tegas.
Terkait kian maraknya aksi balapan liar di Duri, masyarakat meminta petugas terkait tegas menyikapi.
Tak pandang bulu, penindakan tegas berbarengan dengan patroli rutin pada jam-jam tertentu diperlukan guna menangkal aksi balapan liar. Warga beranggapan, bila atraksi ilegal itu tak ditertibkan segera, sebutan ‘Welcome to Durilika’ dinilai cocok disematkan.
“Atau sekalian, buatkan sirkuit khusus balapan di Duri. Jadi mereka bisa bebas balapan disana. Jangan balapan di jalan umum, bahaya. Keselamatan pengguna jalan lainnya terancam, suara knalpotnya juga bikin gendang telinga berdengung. Petugas kita minta tegas, jangan lengah. Tegakkan aturan dan pastikan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) terjaga,” pinta Benny.
Picu Keributan.
Aksi balapan liar ‘Durilika’ memicu stigma negatif. Selain meresahkan, balapan liar yang ditunggangi para pemuda tanggung dan remaja belia ini juga rawan keributan.
Seperti yang berlangsung Minggu (10/04/22) dini hari, puluhan remaja terlibat cekcok di Simpang Garoga – Duri, atau tepat di depan Family Meuble.
Kala disambangi awak media, seluruhnya kabur terbirit. Kejadian tersebut menggambarkan betapa minimnya pengawasan orangtua sehingga para pemotor cilik itu leluasa keluyuran hingga larut malam dan terlibat aksi balapan liar, bahkan cekcok antar sesama pembalap liar.
Hingga sekira pukul 02.30 WIB, puluhan remaja masih asyik berbalap ria di seputaran jalan Jenderal Sudirman dan Hangtuah, Duri. Kesyahduan malam minggu menjelma dini hari membuat suasana kian nyentrik bagi para pegiat balapan liar ini. ** (Bres/Brt)